PENGERTIAN HARAPAN DAN CITA-CITA
Harapan dan cita cita saya adalah agar saya bisa menjadi orang yang berguna bagi masyarakat dan keluarga. Oleh karena itu saya ingin sekali menjadi orang sukses yang saya impikan dengan usaha usaha yang saya tekuni dari sekarang dan sampai nanti. Semua orang pasti menginginkan kesuksesan dari diri sendiri dan untuk keluarga. Maka visi dan misi harapan saya adalah ingin maju dari yang saya lakukan mulai sekarang dan sampi tua nanti. Setiap manusia mempunyai harapan yang berbeda-beda. Manusia tanpa adanya harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan itu sendiri. Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan kita.
Cita-cita adalah suatu impian dan harapan seseorang akan masa depannya, bagi sebagian orang cita-cita itu adalah tujuan hidup dan bagi sebagian yang lain cita-cita itu hanyalah mimpi belaka. Bagi orang yang menganggapnya sebagai tujuan hidupnya maka cita-cita adalah sebuah impian yang dapat membakar semangat untuk terus melangkah maju dengan langkah yang jelas dan mantap dalam kehidupan ini sehingga ia menjadi sebuah akselerator pengembangan diri namun bagi yang menganggap cita-cita sebagai mimpi maka ia adalah sebuah impian belaka tanpa api yang dapat membakar motivasi untuk melangkah maju. Manusia tanpa cita-cita ibarat air yang mengalir dari pegunungan menuju dataran rendah, mengikuti kemana saja alur sungai membawanya. Manusia tanpa cita-cita bagaikan seseorang yang sedang tersesat yang berjalan tanpa tujuan yang jelas sehingga ia bahkan dapat lebih jauh tersesat lagi. Ya, cita-cita adalah sebuah rancangan bangunan kehidupan seseorang, bangunan yang tersusun dari batu bata keterampilan, semen ilmu dan pasir potensi diri.
HARAPAN PADA ANAK MUDA INDONESIA
Cita-cita adalah suatu impian dan harapan seseorang akan masa depannya, bagi sebagian orang cita-cita itu adalah tujuan hidup dan bagi sebagian yang lain cita-cita itu hanyalah mimpi belaka. Bagi orang yang menganggapnya sebagai tujuan hidupnya maka cita-cita adalah sebuah impian yang dapat membakar semangat untuk terus melangkah maju dengan langkah yang jelas dan mantap dalam kehidupan ini sehingga ia menjadi sebuah akselerator pengembangan diri namun bagi yang menganggap cita-cita sebagai mimpi maka ia adalah sebuah impian belaka tanpa api yang dapat membakar motivasi untuk melangkah maju. Manusia tanpa cita-cita ibarat air yang mengalir dari pegunungan menuju dataran rendah, mengikuti kemana saja alur sungai membawanya. Manusia tanpa cita-cita bagaikan seseorang yang sedang tersesat yang berjalan tanpa tujuan yang jelas sehingga ia bahkan dapat lebih jauh tersesat lagi. Ya, cita-cita adalah sebuah rancangan bangunan kehidupan seseorang, bangunan yang tersusun dari batu bata keterampilan, semen ilmu dan pasir potensi diri.
HARAPAN PADA ANAK MUDA INDONESIA
Anak Muda Sebagai Harapan, Tingkat Partisipatif Rendah
Anak muda? Berjuta artikel membicarakan bagaimana hebatnya kekuatan anak muda. Orang-orang sudah tidak asing lagi dengan quotes Presiden RI pertama Soekarno, “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Tokoh inspiratif Anies Baswedan pun pernah mengungkapkan bagaimana hebatnya kekuatan anak muda. “Anak muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak menawarkan masa lalu, anak muda menawarkan masa depan,” kata penggagas Indonesia Mengajar ini.
Anak muda berkaitan erat dengan masa depan. ‘Generasi penerus bangsa’, ‘tumpuan’, ‘harapan’ dan title-title lainnya disematkan pada anak muda. Anak muda merupakan inventasi untuk dunia secara umum, dan suatu bangsa secara khusus. Anak muda merupakan modal, bahan baku, sumber daya utama untuk pembangunan dalam segala bidang, ekonomi, sosial, budaya, teknologi bahkan kehidupan politik yang sehat.
Tak diragukan bukan bagaimana kekuatan anak muda? Nah, yang paling penting, mau atau tidak anak muda untuk berpartisipasi serta berkontribusi untuk masa depan bangsa.
Realitanya, potensi anak muda tidak sebanding dengan partisipasi anak muda dalam pembangunan.Dikutip dari berita ‘Anak Muda, Investasi Masa Depan Indonesia’ di berisatu.com, Jose Ferraris dari Kependudukan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNFPA) mengatakan tingkat pendidikan yang rendah, pelatihan dan pelayanan kesehatan melalui infrastruktur yang buruk serta berbagai bentuk ketidaksetaraan dan keterbatasan merupakan faktor penghalang bagi generasi muda untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Efektifitas partisipasi generasi muda untuk berkontribusi memang terdapat peran pemerintah. Penerapan kebijakan pemerintah untuk anak muda merupakan investasi jangka panjang. Namun, pertanyaan yang paling penting ‘Mau atau tidak?’.
Sebagai harapan, anak muda tentulah harus dibekali dengan wawasan luas, kepribadian yang baik dengan didasari oleh tujuan. Nah, sebagian besar anak muda saat ini memiliki tujuan untuk kepentingan pada diri sendiri tanpa peduli terhadap bangsa, bahkan pada lingkungan.
Dalai Lama pernah berkata “If you want others to be happy, practice compassion. If you want to be happy, practice compassion,”.
Tidak ada yang salah dengan keinginan untuk mensejahterakan diri sendiri, itu adalah hal yang manusiawi tetap tidak bersikap apatis kepada bangsa, negara dan lingkungan sekeliling. Manusia yang sukses bukanlah manusia yang bergelimang harta, namun manusia yang bermanfaat untuk manusia-manusia di sekelilingnya.
Banyak paradigma yang berkembang mengenai anak muda. Anak muda boros, hedonisme, krisis kebangsaan, dan paradigma buruk lainnya. Apakah generasi muda seperti itu yang menjadi harapan Indonesia kedepannya? Jawabannya ada di tangan kamu sendiri.
Anak muda? Berjuta artikel membicarakan bagaimana hebatnya kekuatan anak muda. Orang-orang sudah tidak asing lagi dengan quotes Presiden RI pertama Soekarno, “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Tokoh inspiratif Anies Baswedan pun pernah mengungkapkan bagaimana hebatnya kekuatan anak muda. “Anak muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak menawarkan masa lalu, anak muda menawarkan masa depan,” kata penggagas Indonesia Mengajar ini.
Anak muda berkaitan erat dengan masa depan. ‘Generasi penerus bangsa’, ‘tumpuan’, ‘harapan’ dan title-title lainnya disematkan pada anak muda. Anak muda merupakan inventasi untuk dunia secara umum, dan suatu bangsa secara khusus. Anak muda merupakan modal, bahan baku, sumber daya utama untuk pembangunan dalam segala bidang, ekonomi, sosial, budaya, teknologi bahkan kehidupan politik yang sehat.
Tak diragukan bukan bagaimana kekuatan anak muda? Nah, yang paling penting, mau atau tidak anak muda untuk berpartisipasi serta berkontribusi untuk masa depan bangsa.
Realitanya, potensi anak muda tidak sebanding dengan partisipasi anak muda dalam pembangunan.Dikutip dari berita ‘Anak Muda, Investasi Masa Depan Indonesia’ di berisatu.com, Jose Ferraris dari Kependudukan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNFPA) mengatakan tingkat pendidikan yang rendah, pelatihan dan pelayanan kesehatan melalui infrastruktur yang buruk serta berbagai bentuk ketidaksetaraan dan keterbatasan merupakan faktor penghalang bagi generasi muda untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Efektifitas partisipasi generasi muda untuk berkontribusi memang terdapat peran pemerintah. Penerapan kebijakan pemerintah untuk anak muda merupakan investasi jangka panjang. Namun, pertanyaan yang paling penting ‘Mau atau tidak?’.
Sebagai harapan, anak muda tentulah harus dibekali dengan wawasan luas, kepribadian yang baik dengan didasari oleh tujuan. Nah, sebagian besar anak muda saat ini memiliki tujuan untuk kepentingan pada diri sendiri tanpa peduli terhadap bangsa, bahkan pada lingkungan.
Dalai Lama pernah berkata “If you want others to be happy, practice compassion. If you want to be happy, practice compassion,”.
Tidak ada yang salah dengan keinginan untuk mensejahterakan diri sendiri, itu adalah hal yang manusiawi tetap tidak bersikap apatis kepada bangsa, negara dan lingkungan sekeliling. Manusia yang sukses bukanlah manusia yang bergelimang harta, namun manusia yang bermanfaat untuk manusia-manusia di sekelilingnya.
Banyak paradigma yang berkembang mengenai anak muda. Anak muda boros, hedonisme, krisis kebangsaan, dan paradigma buruk lainnya. Apakah generasi muda seperti itu yang menjadi harapan Indonesia kedepannya? Jawabannya ada di tangan kamu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar